INVENTARISASI JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA) DI PERAIRAN KAMPUNG KAYOPULAU DISTRIK JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
(Minat Biologi)
OLEH:
MARIA ILONA IKANUBUN
NPM:12116 5427 120019
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PESISIR
FAKULTAS PERTANIAN KEHUTANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS OTTOW GEISSLER PAPUA
JAYAPURA
2015
INVENTARISASI JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA) DI PERAIRAN KAMPUNG KAYOPULAU DISTRIK JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(Minat Biologi)
OLEH:
MARIA ILONA IKANUBUN
NPM:12116 5427 1200019
NPM:12116 5427 1200019
Pembimbing,
Lisa S. Sibi, S.Pi,M.Si
|
Menyetujui :
Fakultas
Pertanian Kehutanan dan Kelautan
Wakil Dekan I,
Ir. Simon H. Nenepath, M.Si
NIDN. 1229055801
|
Program Studi
Manajemen Sumberdaya Pesisir
Ketua,
Ir. Marcela Ikanubun, M.Si
NIDN. 1227106601
|
KATA PENGANTAR
Laut merupakan karunia Tuhan yang patut disyukuri karena memiliki potesi sumberdaya alam yang cukup melimpah yang dapat memberikan kehidupan kepada umat manusia. Sehingga patutlah penulis mensyukuri limpahan berkat tersebut. Dan syukur yang sama juga penulis panjatkan karena atas kasihnya penulis boleh penyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) maupun dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul “INVENTARISASI JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA) DI KAMPUNG KAYOPULAU DISTRIK JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA“merupakan salah satu mata kuliah dalam kurikulum Program Studi Manajemen SumberDaya Pesisir (MSDP) Fakultas Pertanian Kehutanan dan Kelautan Universitas Ottow Geissler Papua.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Oleh karena itu, rasa hormat dan terima kasih saya ingin sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Niki. E Lewaherilla, M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian , Kehutanan dan Kelautan Universitas Ottow Geissler Papua.
2. Ir. Marcela Ikanubun, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen SumberDaya Pesisir (MSDP) Universitas Ottow Geissler Papua.
3. Lisa S. Sibi .S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingannya hingga selesainya Laporan
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.Demikian Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dibuat, semoga dapat memberikan kontribusi bagi yang membacanya.
Jayapura, 20 Agustus 2015
Penulis
RINGKASAN
MARIA ILONA IKANUBUN. NPM : 121165427120019. JUDUL : INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA) DI PERAIRAN KAMPUNG KAYOPULAU DISTRIK JAYAPURA SELATAN KOTA JAYAPURA. DIBIMBING OLEH : LISA SOPIA SIBI, S,Pi.,M.Si.
Bintang laut termasuk dalam klass Asteroidea Filum Echinidermata yang struktur tubuhnya membentuk segi lima. Pada permukaan tubuhnya terdapat duri-duri pendek dan tumpul. Duri-duri ini berasal dari endoskeleton. Tubuh asteroidea yang berbentuk bintang ini berpusat pada cakram pusat. Asterozoans lainnya, asteroid memiliki lencana berbentuk bintang, karakteristik tubuh yang terdiri dari disk pusat dan beberapa jari-jarinya (biasanya 5 atau lebih) memancar senjata.
Peranan dan manfaat bintang laut antara lain ; secara ekologis hewan ini sering disebut sebagai hewan pembersih pantai/laut karena merupakan hewan pemakan bangkai, sisa-sisa hewan, dan kotoran hewan laut lainnya dan hal ini yang menyebabkan pantai menjadi bersih. Secara ekonomi hewan tersebut apabila diolah dalam bentuk dikeringkan dapat dijadikan sebagai souvenir atau hiasan yang sangat indah. Dibidang farmasi beberapa jenis bintang laut tertentu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan beberapa jenis obat-obatan.
Adapun tujuan dari PKL adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui Jenis-jenis Bintang laut (Asteroidea) yang hidup di perairan Kayo Pulau Kota Jayapura.: 2) Untuk mengetahui Jenis Bintang laut (Asteroidea) yang paling banyak yang hidup di perairan Kayo Pulau Kota Jayapura: 3) Untuk mengetahui beberapa parameter kualitas air yang dapat menunjang kehidupan Bintang laut (Asteroidea) di perairan Kayo Pulau Kota Jayapura.
Metode yang digunakan saat PKL adalah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan terhadap gejala-gejala yang nampak pada objek Praktek Kerja Lapangan.
Berdasarkan hasil (PKL) yang dilakukan Kampung Kayopulau Kota Jayapura maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Secara keseluruhan Bintang Laut (Asteroidea) yang ditemukan 8 jenis yang dikelompokkan ke dalam 2 ordo, 3 famili, 4 genus dan 8 spesies.: 2) Jenis Bintang Laut yang paling banyak yaitu dari Genus Protoreaster dengan jumlah 4 spesies, diikuti Genus Culcita 2 spesies dan Genus Liincia dan Fromia masing-masing 1 spesies ; 3) Kondisi kualitas air antara lain : suhu, salinitas dan pH di lokasi penelitian masih berada pada kisaran yang normal untuk kehidupan Bintang Laut.
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................... ......... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. ii
RINGKASAN......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................. ......... iv
DAFTAR ISI................................................................................. ......... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................... ......... vii
DAFTAR TABEL......................................................................... ......... viii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................. ......... ix
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................... ......... 1
A. Latar Belakang................................................................ …….. 1
B. Tujuan……………........................................................... …….. 2
C. Manfaat………………………………………………………… 2
D. Waktu dan Tempat PKL ……………………………………… 3
E. Pembatasan Masalah …………………………………………… 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................ ......... 5
A. Klasifikasi Bintang Laut........................................................... 5
B. Morfologi dan Anatomi............................................................. 5
C. Reproduksi ................................................................................ 7
D. Siklus Hidup............................................................................... 8
E. Macam Makanan Dan Cara Makan ...................................... 9
F. Habitat Dan Penyebaran.......................................................... 10
G. Kualitas Air................................................................................. 10
BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN.............................................. 11
A. Alat Dan Bahan......................................................................... 11
B. Prosedur Pengambilan Dan Penanganan Sampel............ 11
C. Metode Pengambilan Data...................................................... 12
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. 14
A. Deskripsi Lokasi Praktek Kerja Lapangan............................ 14
B. Kondisi Pesisir Kota Jayapura................................................ 15
C. Struktur Ekonomi....................................................................... 16
D. Hasil Infentarisasi..................................................................... 16
E. Deskripsi Bintang Laut……………………………………… 17
F. Kualitas Peraira........………………………………………. 26
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................. 28
A. Kesimpulan............................................................................ 28
B. Saran...................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 29
LAMPIRAN............................................................................................ 31
DAFTAR GAMBAR
1. Sketsa Lokasi PKL.................................................................................... 3
2. Morfologi dan Anatomi Bintang Laut..................................................... 6
3. Kampung Kayopulau dilihat dari Daratan Utama……………………15
4. Protoreaster nodosus……………………………………………….. 18
5. .Protoreaster linckii……………………………………………………..19
6. Protoreaster multispinus ........................................................................ 20
7. Protoreaster sp………………………………………………….…… 21
8. Culcita schmideliana............................................................................... 22
9. Culcita novaeguiniae.............................................................................. 23
10. Liskia laevigata………………………………..……………………… . 24.
11. Promia indica……………………………………………….………… 25
DAFTAR TABEL
1. Alat dan Bahan............................................................................................ 11
2. Hasil Inventarisasi Bintang Laut yang Ditemukan................................ 17
3. Pengukuran Parameter Kualitas Air…………………………………….. 27
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data............................................................
Lampiran 2. Jenis-jenis Terumbu Karang yang ditemukan di Perairan
Kampung Kayopulau...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang menjapai 17.508 pulau dengan luas lautnya sekitar 3,1 juta km2 Wilayah lautan yang luas tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem terumbu karang. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Potensi sumberdaya alam kelautan ini tersebar di seluruh Indonesia dengan beragam nilai dan fungsi, antara lain nilai rekreasi (wisata bahari), nilai produksi (sumber bahan pangan dan ornamental) dan nilai konservasi (sebagai pendukung proses ekologis dan penyangga kehidupan di daerah pesisir, sumber sedimen pantai dan melindungi pantai dari ancaman abrasi) (Fossa dan Nilsen, 1996). Ditinjau dari aspek ekonomi, ekosistem terumbu karang menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir di sekitarnya (Suharsono, 1998).
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu karang ini pada umumnya hidup lebih dari 300 jenis karang, yang terdiri dari sekitar 200 jenis ikan dan berpuluh‐puluh jenis moluska, crustacean, sponge, alga, lamun dan biota lainnya (Dahuri, 2000).
1
Di perairan Kayo Pulau Kota Jayapura terdapat beranekaragam terumbu karang namun karena aktivitas nelayan yang selalu menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan menyebabkan berangsur-angsur biota tersebut mengalami degradasi atau kerusakan. Oleh sebab itu perlu dilakukan praktek kerja lapangan tentang Inventarisasi terumbu karang di Perairan Kayo Pulau Kota Jayapura dan diketahui jenis-jenis terumbu karang apa saja yang terdapat pada perairan tersebut sehingga nantinya data tersebut bisa bermanfaat sebagai informasi ilmiah yang nantinya dapat membantu pada instansi terkait dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah
· Untuk mengidentifikasi jenis-jenis terumbu karang di Perairan Kampung Kayopulau, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura.
·
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang (Coral reef ) merupakan masyarakat organisme yang hidup
didasar perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya gelombang laut. Sedangkan organisme–organisme yang dominan hidup disini adalah binatang-binatang karang yang mempunyai kerangka kapur, dan algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur. Berkaitan dengan terumbu karang diatas dibedakan antara binatang karang atau karang (reef coral ) sebagai individu organisme atau komponen dari masyarakat dan terumbu karang (coral reef ) sebagai suatu ekosistem (Sorokin, 1993).
Terumbu karang (coral reef ) sebagai ekosistem dasar laut dengan penghuni utama karang batu mempunyai arsitektur yang mengagumkan dan dibentuk oleh ribuan hewan kecil yang disebut polip. Dalam bentuk sederhananya, karang terdiri dari satu polip saja yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung dengan mulut yang terletak di bagian atas dan dikelilingi oleh tentakel. Namun pada kebanyakan spesies, satu individu polip karang akan berkembang menjadi banyak individu yang disebut koloni (Sorokin, 1993).
2.2 Klasifikasi Terumbu Karang
Klasifikasi karang yang merupakan hewan tanpa bertulang belakang (avertebrata) yaitu sebagai berikut (Veron, 1986) :
Filum : Coelenterata (Cnidaria)
3
Kelas : Anthozoa
Ordo : Scleractinia (Madreporaria)
Famili :
1. Acroporidae
Genus : Acropora, Astreopora, Anacropora, Montiopora.
2. Agariciidae
Genus : Coeloseris, Gardineroseris, Leptoseris, Pachyseris, Pavona.
3. Astrocoeniidae
Genus : Stylocoeniella
4. Pocilloporidae
Genus:Pocillopora, Palauastrea, Stylophora, Seriatopora, Madracis.
5. Poritidae
Genus : Alveopora, Goniopora, Porites, Stylastrea.
6. Siderastreidae
Genus : Coscinaraea, Psammocora, Pseudosiderastrea, Siderastrea.
7. Fungiidae
Genus : Ctenactis, Cycloseris, Fungia, Halomitra, Heliofungia, Herpolitha, Lithophyllon, Podabacea, Polyphylla, Sandalolitha, Zoopilus.
8. Oculinidae
Genus : Archelia, Galaxea.
9. Pectinidae
Genus : Echinophyllia, Mycedium, Oxypora, Pectinia.
4
10. Mussidae
Genus : Acanthastrea, Australomussa, Blastomussa, Cynarina, Lobophyllia, Scolymia, Symphyllia.
11. Merulinidae
Genus : Boninastrea, Clavarina, Hydnophora, Merulina, Paraclavarina, Scapophyllia.
12. Faviidae
Genus : Favites, Favia, Barabattoia, Caulastrea, Cyphastrea, Goniastrea, Diploastrea, Leptoria, Leptastrea, Montastrea, Moseleya, Oulastrea, Oulophyllia, Platygyra, Plesiastrea.
13. Dendrophylliidae
Genus : Dendrophyllia, Tubastrea, Turbinaria, Heterosammia.
14. Caryophylliidae
Genus : Catalophyllia, Euphyllia, Physogyra, Plerogyra, Neomenzophyllia.
15. Trachypylliidae
Genus : Trachyphyllia, Welsophyllia
2.3. Bentuk Terumbu Karang
Ada beberapa macam bentuk terumbu berdasar Teori Penenggelaman (Subsidence Theory) oleh Charles Darw in (1842),yaitu terumbu tepi, terumbu penghalang, dan atol. Masing-masing dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
5
a. Terumbu karang tepi (Fringing Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya
tidak lebih dari 40 meter. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka.Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
b. Terumbu karang penghalang (Barrier Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh goba (lagoon) dengan kedalaman 40 – 70 meter. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri pantai. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
c. Atol (atolls), yang merupakan karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam, jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu petak. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan.
2.4. Biologi Karang
Menurut Nybakken (1988) bahwa, biologi karang meliputi berbagai aspek yaitu :
· Makanan, Terumbu karang menggunakan tentakel-tentakel untuk menyengat mangsa dengan tentakel yang berupa kapsul-kapsul berduri yang mengandung nematokis yang digunakan untuk menyengat dan menangkap organisme plankton yang kecil.
6
· Pertumbuhan dan klasifikasi, laju pertumbuhan karang dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu suhu, kedalaman, salinitas dan pengendapan.
· Reproduksi karang. Secara seksual umumnya reproduksi yang melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan gamet betina (ovum). Sedangkan reproduksi aseksual adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi).
Sifat reproduksi ini lebih kompleks karena selain terjadi fertilisasi, juga terjadi melalui sejumlah tahap lanjutan (pertumbuhan larva, penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).Anatomi karang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini
Gambar 1. Struktur anatomi internal karang
(Anonimous 2011b).
Individu karang atau disebut polip memiliki bagian-bagian tubuh terdiri dari :
7
1. Mulut yang dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
2. Rongga tubuh (coelenteron) yang juga merupakan saluran pencernaan (gastrovascular)
3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di antara kedua lapisan terdapat jaringan pengikat tipis yang disebut mesoglea. Jaringan ini terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida. Pada sebagian besar karang, epidermis akan menghasilkan material guna membentuk rangka luar karang. Material tersebut berupa kalsium karbonat (kapur).
2.5.Faktor-faktor Penunjang Pertumbuhan Terumbu Karang
Faktor-faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup karang antara lain :
· Suhu denga kisaran rata-rata tahunan antara 26-28°C, tetapi masih dapat tumbuh pada suhu 18°C.
· Salinitas alami dengan kisaran antara 32-36 ‰., pada kondisi ekstrem karang masih mampu berkembang pada salinitas 47.
· pH alami berkisar antara 7,2-8,5
· Kecerahan perairan yang tinggi dan interaksi cahaya yang tidak kurang dari 10 meter dengan intensitas cahaya 30-40%.
8
· Terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih dalam dari 50 – 70 m, kebanyakan terumbu karang tumbuh baik pada kedalaman sampai sekitar 25 m (Nybakken, 1988).
2.6.Fungsi Terumbu Karang
Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat bermanfaat untuk, Fungsi terumbu karang yaitu :
a. Pelindung ekosistem pantai.
Terumbu karang berfungsi untuk menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
b. Terumbu karang sebagai penghasil oksigen.
Terumbu karang memiliki kemampuan untuk memproduksi oksigen sama seperti fungsi hutan di daratan, sehingga menjadi habitat yang nyaman bagi biota laut.
c. Objek wisata .
d. Daerah Penelitian .
Penelitian akan menghasilkan informasi penting dan akurat sebagai dasar pengelolaan yang lebih baik. Selain itu, masih banyak jenis ikan dan organisme laut serta zat-zat yang terdapat di kawasan terumbu karang yang belum pernah diketahui manusia sehingga perlu penelitian yang lebih intensif untuk mengetahuinya.
9
e. Dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
2.7.Teknik Identifikasi Karang
Menurut Ofri Johan M.Si.(2003) teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan empat cara:
1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna karang hidup, bentuk koloni dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang.Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya.Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman.
2. Teknik menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati.Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali,
10
columella dan coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar.
3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni karang. Bagi peneliti muda dan penelitian kondisi terumbu karang, metode ini sudah sering digunakan.Kemudian kemampuan identifikasi karang akan terus meningkat sesuai dengan pengalaman seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya melakukan survei karang.
4. Teknik analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu karang, jika hanya berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni dan telaah rangka kapur. Bentuk pertumbuhan koloni karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola adaptasi karang terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dapat saja terjadi bahwa satu jenis karang yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA.
11
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Perairan Kampung Kayopulau, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura pada bulan Juli – Agustus 2015.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan
No.
|
Alat dan Bahan
|
Kegunanan
|
1.
|
Alat tulis
|
Untuk menulis hasil dari PKL yang dibuat.
|
2.
|
GPS
|
Untuk menentukan posisi lokasi PKL
|
3.
|
Kamera
|
Untuk memotret kegiatan PKL
|
4.
|
pH meter
|
Untuk mengukur kadar pH air
|
5
|
Perahu
|
Untuk transportasi ke lokasi PKL
|
6.
|
Refraktometer
|
Untuk mengukur kadar garam (salinitas) di lokasi PKL
|
7.
|
Thermometer
|
Untuk mengukur suhu
|
12
3.3. Metode Pengambilan Data
Data primer tentang jenis-jenis terumbu karang diperoleh dengan menggunakan metode survei dengan cara memotret dan mengidentifikasi semua terumbu karang yang tersebar pada daerah intertidal di Kampung Kayopulau pada bagian timur yang berhadapan dengan Kampung Pulau Kosong.
Penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data: persentase tutupan karang hidup, persentase tutupan karang mati, jumlah marga, jumlah jenis, jumlah koloni, ukuran koloni, kelimpahan, frekuensi kehadiran, bentuk pertumbuhan, indeks keanekaragaman jenis (Suharsono, 1994). Namun, pada penelitian ini metode survei yang digunakan hanya difokuskan pada penetuan jumlah marga dan jenis darti terumbu karang yang dijumpai pada lokasi penelitian. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan.
3.4. Identifikasi Terumbu Karang
Adapun identifikasi terumbu karang dilakukan dengan menggunakan petunjuk menurut Monniot dkk, (1991) dan Gerald Steene (1994). Dengan cara membawa contoh gambar yang sudah dilaminating untuk mempermudah dalam proses identifikasi terumbu karang. Untuk memperkecil kesalahan dalam mengidentifikasi maka sampel akan diambil gambarnya (difoto) di lapangan.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Kampung Tahima Soroma (Kayopulau) merupakan salah satu kampung yang termasuk dalam wilayah Administratif Distrik Jayapura Selatan secara geografis terletak pada posisi , dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Teluk Humbolt
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Argapura
- Sebelah Timur berbatasan dengan : Laut Pasifik
- Sebelah Barat berbatasan dengan : Distrik
Jumlah penduduk kampung Kayopulau/Tahima Soroma menurut BPS kota Jayapura dalam, “Jayapura Dalam Angka 2013”, adalah sebesar 574 orang. Dengan jumlah penduduk laki – laki adalah 319 orang dan penduduk perempuan adalah 255 orang. Jumlah penduduk ini menempati wilayah RT.01 yang berada di kampung Kayopulau dan RT.02 di pulau Kosong dengan luas wilayah kampung keseluruhan adalah 1,70 M².
Penduduk asli Kampung Tahima Soroma Kayopulau dan pesisir pantai weref yang merupakan wilayah RT.01, sedangkan penduduk asal Buton – Sulawesi Tenggara berada di pulau Kosong termasuk wilayah RT.02.
14
Gambar 2. Peta Lokasi PKL
4.2. Hasil Identifikasi Terumbu Karang
Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 10 jenis terumbu karang di Perairan Kampung Kayopulau yang terdiri dari 1 (satu) ordo yaitu Scleractinia, 3 (tiga) sub ordo yaitu Archaecoenina, Faviina, Fungiina, 4 (empat) famili yaitu Acropora, Cycloseris, Fungia, Leptoseris, Pavona, Pocillopora, Porites, Scapophyllia, Hydnopora, Lobophyllia, Symphyllia, Acanthastrea, Pectinia, dan Plesiastrea (Tabel 3).
15
Tabel 3. Identifikasi Jenis-jenis Terumbu Karang yang ditemukan di Perairan Kampung Kayopulau
No
|
Kelas
|
Ordo
|
Sub-Ordo
|
Famili
|
Genus
|
Spesies
|
1
|
Anthozoa
|
Scleractinia
|
Archaecoenina
|
Acroporidae
|
Acropora
|
Acropora gemmifera
|
2
|
Montipora
|
Montipora digitata
| ||||
3
|
Montipora hispida
| |||||
4
|
Fungiina
|
Fungidae
|
Cycloseris
|
Cycloseris vaugani
| ||
5
|
Heliofungia
|
Heliofungia actinisformis
| ||||
6
|
Agariciidae
|
Coeloseris
|
Coeloseris mayeri
| |||
7
|
Faviina
|
Faviidae
|
Favia
|
Favia pallida
| ||
8
|
Favites
|
Favites complanata
| ||||
9
|
Goniastrea
|
Goniastrea aspera
| ||||
10
|
Leptastrea
|
Leptastrea purpurea
|
16
4.3.Deskripsi Jenis-jenis terumbu Karang Di Perairan Kampung Kayopulau
a. Acropora gemmifera
Famili : Acroporidae
Genus : Acropora
Spesies : Acropora gemmifera
Ciri Umum : Koloni dengan bentuk percabangan digitata, cabang gemuk, kokoh, kadang berbentuk pyramid,Koralit terdiri dari dua ukuran besar dan kecil membentuk pyramid, Koralit terdiri dari dua ukuran besar dan kecil membentuk deretan dari ujung ke pangkal cabang.Umumnya berwarna kuning muda, coklat dan ungu.Tersebar diseluruh perairan Indonesia.
Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.Memiliki kemiripan dengan Acropora humilis, Acropora monticulosa yang mempunyai ukuran radial koralit yang seragam dan tertata secara merata.
17
Gambar 3. Acropora gemmifera
b. Montipora digitata
Famili : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora digitata
Ciri Umum : Koloninya digitata atau arborescent dengan cabang menghadap keatas. Koralit kecil, terutama yang hidup di perairan dangkal. Koenesteum halus.Umumnya berwarna krem muda atau coklat, kadang bercwarna merah muda atau biru.Tersebar di perairan Indonesia kedalaman dijumpai pada 3-15 meter.Memiliki kemiripan dengan Montipora samarensis.
18
Gambar 4. Montipora digitata
c. Montipora hispida
Famili : Acroporidae
Genus : Montipora
Spesies : Montipora hispida
Ciri Umum : koloni submasif, laminar, kolumnar atau digitata atau kombinasi dari semuanya. Laminar dan digitata ditemukan di perairan keruh, submasif dan kolumnar di temukan di reef slope. Koralit tenggelam. Umumnya berwarna coklat dan putih. Tersebar di Indonesia. Karang ini umumnya banyak hidup di perairan dangkal dan berarus deras pada kedalaman 3-15 meter. Sepintas karang ini mirip dengan Montiporacactus,M. Gaimardi dan M. Grisea.
19
Gambar 5. Montipora hispida
d. Cycloseris vaugani
Famili :
Genus : Cycloseris
Spesies : Cycloseris vaugani
Ciri Umum : Koloni membulat membentuk kubah dengan permukaan bagian bawah mendatar,septa berselang seling dibagian tepi dari koloni.Umumnya berwarna coklat muda dengan warna kekuningan dibagian mulut.Tersebar di Indonesia bagian tengah dan timur.Karang banyak ditemukan pada dasar yang berpasir dilereng terumbu bagian bawah.Memiliki kemiripan dengan cycloseris patelliformis.
20
Gambar 6.Cycloseris vaugani
e. Heliofungia actinisformis
Famili :
Genus : Heliofungia
Spesies : Heliofungia actinisformis
Ciri Umum : Koralit membulat tebal dengan septa yang relatif rapat dengan gigi yang berlekuk besar dan membulat.Polip dengan daging dan tentakel yang besar dan panjang-panjang.Umumnya tentakel berwarna hijau-biru muda atau tua, dengan ujungnya berwarna putih atau merah muda.Tersebar di seluruh perairan Indonesia. Karang ini banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter.Memiliki kemiripan dengan E.glabrescens.
21
Gambar 7. Heliofungia actiniformis
f. Coeloseris mayeri
Famili :
Genus : Coeloseris
Spesies : Coeloseris mayeri
Ciri Umum : Koloni masive membulat. Koralit cerioid dengan ukuran seragam dan tanpa kolumela, septa hampir sama ukurannya . Septokosta saling menyatu antara koralit yang berdekatan.Umumnya berwarna Kuning pucat atau keputihan.Umum dijumpai, biasanya hidup di rataan terumbu dan tersebar diseluruh perairan Indonesia.Memiliki kemiripan dengan siderastrea dan Pavona.
22
Gambar 8. Coeloseris mayeri
g. Favites complanata
Famili :
Genus : Favia
Spesies : Favia complanata
Ciri Umum : Koloni massive dan koralit membentuk sudut dengan dinding yang tebal.Umumnya berwarna coklat kadang dengan warna hijau ditengah koralit.Tersebar di seluruh perairan Indonesia.Karang ini dijumpai pada daerah tubir hingga kedalaman lebih dari 10 meter.Memiliki kemiripan dengan Favites chinensis,yang mempunyai dinding lebih tipis dan koralit lebih kecil.
23
Gambar 9. Favites complanata
h. Goniastrea aspera
Famili :
Genus : Goniastrea
Spesies : Goniastrea aspera
Ciri Umum : Koloni massive relatif besar,koralit besar dengan dinding tebal.Umumnya berwarna abu-abu atu hijau tua.Tersebar di seluruh perairan Indonesia.
Gambar 10. Goniastrea aspera
24
i. Favia speciosa
Famili :
Genus : Favia
Spesies : Favia speciosa
Ciri Umum : Koloni massive, koralit tersebar tidak teratur berbentuk oval. Septa jelas teratur pali tidak berkembangdengan baik.Umumnya berwarna hijau pucat atau coklat.Tersebar di seluruh perairan Indonesia Memiliki kemiripan dengan favia pallida,yang mempunyai jarak antar koralit lebih lebar.
Gambar 11.Favia speciosa
j. Leptastrea purpurea
Famili :
Genus : Leptastrea
Spesies : Leptastrea purpurea
25
Ciri Umum : Koloni massive atau merayap. Koralit cerioid dengan ukuran yang bervariasi. Septa mempunyai ketebalan yang relatif sama tersusun rapi dengan dinding yang lebih tebal.Umumnya berwarna coklat, abu-abu atau keputihan. Umum dijumpai, tersebar di seluruh perairan Indonesia.Memiliki kemiripan dengan Leptastrea pruinosa, yang mempunyai koralit lebih seragam.
Gambar 12. Leptastrea purpurea
26
4.4. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Perairan Kampung Kayopulau
Tabel 3. Pengukuran parameter lingkungan pengamatan pada satu lokasi PKL.
NO.
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
PADA 1 LOKASI
|
1.
|
pH
|
-
|
7,6
|
2.
|
Salinitas
|
‰
|
40
|
3.
|
Suhu
|
°C
|
28
|
Berdasarkan hasil pengukuran parameter dapat dilihat bahwa derajat keasaman (pH) yang diperoleh selama pengamatan adalah 7,6. Hasil ini menunjukkan bahwa pH air laut pada lokasi pengambilan data mendukung untuk pertumbuhan karang. Menurut Supriharyono (2009), pH yang menunjang bagi kehidupan karang berkisar antara 6,5 hingga 8,5. Ditambahkan pula oleh Kaswaji dalam Saleh (2002) yang menyatakan bahwa kondisi perairan dengan pH 7,5-8,5 mempunyai produktivitas yang tinggi.
Kisaran salinitas yang diperoleh selama praktek kerja lapangan 40 ppt. Berdasarkan kisaran salinitas ini karang dapat hidup dengan baik. Kisaran salinitas normal untuk terumbu karang yaitu 32 – 35 ‰, namun terumbu karang masih dapat hidup dalam batas kisaran salinitas 25 - 40‰ (Nybakken, 1992).
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Perairan Kampung Kayo Pulau Kota Jayapura terdapat 10 jenis terumbu karang yang
2.
5.2. Saran
1. Mengingat pentingnya keberadaan ekosistem terumbu karang bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung maka terumbu karang ini perlu dijaga dan dikelola agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan perlu diadakannya pendekatan serta penyuluhan kepada masyarakat akan manfaat eksoistem terumbu karang.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Perkembangan Terumbu Karang (Coral Reef).http://www.ubb.ac.id
Dahuri, Rokhim, 1999, Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Terumbu Karang, Lokakarya Pengelolaan dan IPTEK Terumbu Karang Indonesia, Jakarta.
Fachrul, M. F. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester
Nybakken, J.W. 1982. Biologi Laut suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh H.M. Eidman, Koesbiono et al. Jakarta: Gramedia.
Suharsono, 1994. Metode Penelitian Terumbu Karang. Pelatihan Metode Penelitian dan Kondisi Terumbu Karang. Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang: 115 hlm.
Suharsono, 1996. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai Di Perairan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan Oseanologi. Proyek Penelitian dan Pengembangan Daerah Pantai: 116 hlm.
Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data
Lokasi Pengambilan Data di Perairan Kampung Kayopulau
Lampiran 2. Jenis-Jenis Terumbu Karang yang Diidentifikasi
Acropora gemmifera
Cycloseris vaugani
|
Coeloseris mayeri
Favia speciosa
|
Favites complanata
|
Goniastrea aspera
|
Heliofungia actiniformis
|
Leptastrea purpurea
|
Montipira digitata
|
Montipora hispida
|
Komentar