DAMPAK GLOBALISASI BAGI PENDIDIKAN DI INDONESIA
NAMA : AMOS PANGKATANA
KELAS : XI
IPA 1
TUGAS :
BAHASA INDONESIA
YAYASAN
PENDIDIKAN DAN PERSEKOLAHAN KATOLIK
SMA
YPPK ASISI SENTANI
TAHUN 2013
KATA
PENGANTR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan kasih-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ‘’ Dampak Globalisasi bagi pendidikan di Indonesia’’.
Makalah ini diharapkan mampu membantu
saya dalam memperdalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam kegiatan
belajar. Selain itu makalah ini diharapkan agar dapat menjadi bacaan para
pembaca agar menjadi warga negara yang
baik dan bertanggung jawab karena materi
disajikan mengarah pada terbentuknya arah globalisasi yang berpengaruh terhadap
kehidupan bernegara. Oleh karena itu, makalah ini diharapkan agar bangsa
indonesia memiliki sikap yang kritis terhadap situasi dan kondisi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang selalu berubah.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasi kepada para pembaca
yang sudah berkenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini
bermanfaat, khususnya bagai saya dan pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................. 1
1.3
Tujuan Penulisan.................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Globalisasi.......................................................................2
2.2 Perkembangan
Globalisasi dan Dampaknya
bagi Pendidikan di Indonesia..............................................................3
2.3 Pendidika di Indonesia saat ini............................................................3
2.4 Penyesuaian Pendidikan di Era Globalisasi.........................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................6
3.2 Saran ....................................................................................................6
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Globalisasi
adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidakmengenal batas
wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses darigagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lainyang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedomanbersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Prosesglobalisasi
berlangsung melalui dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu.Globalisasi
berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi,politik, ekonomi,
dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dankomunikasi adalah
faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini,teknologi informasi dan
komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentukdan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasitidak dapat
dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.Kehadiran globalisasi
tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negaratermasuk Indonesia.
Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positifdan negatif, pengaruh
globalisasi meliputi segala aspek kehidupan terutama padamasalah pendidikan
diIndonesia. Ada dua isu kritis yang perlu kita sikapisehubungan dengan
perspektif globalisasi dalam kebijakan pendidikan di Indonesia yaitu: siapkah
dunia pendidikan Indonesia menghadapi globalisasi?danbagaimanakah cara
penyesuian pendidikan Indonesia di era globalisasi sekarangini?. Oleh sebab itu
untuk melawan globalisasi terutama dalam pendidikan, kitaharus bisa menjaga
eksistensi sekolah. Demikianlah, semoga kita dapatmengarungi derasnya gelombang
globalisasi dan kita tidak tenggelam dalamgelombang itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian globalisasi?
2. Bagaimana perkembangan globalisasi
pada saat ini dan apa dampaknya bagi pendidikan di ndonesia?
3. Seperti apa pendidikan di Indonesia
saat ini?
4. Bagaimana cara penyesuaian
pendidikan Indonesia di era globalisasi sekarang ini?
1.3 Tujuan Penulis
1. Bagi Penulis
Disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen dalam mata kuliah Pengantar
Pendidikan
2. Bagi Pembaca
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia
pendidikan di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Globalisasi
Globalisasi telah menjadi sebuah kata yang memiliki
makna tersendiri yang sering kali kit abaca atau dengar. Banyak pengguna
istilah globalisasi memahaminya berbeda dengan makna yang sesunggunya. Realitas
semacam ini bisa diterima mengingat tidak ada definisi yang tunggal terhadap
globalisasi. Misalnya menurut R. Robertson (1992:8) merumuskan globalisasi
sebagai “thecompression of the world and the intensification of consciousness
of world asa whole.", menurut P.
Kotter (1995:42) mendeskripsikan globalisasi sebagai, "the product of
manyforces, some of which are political (no major was since 1945), some of
which aretechnological (faster and cheaper transportation and communication),
and some of which are economic (mature firms seeking growth outside their nationalboundaries).
Tetapi, dalam tulisan ini kita cenderung mengutip pendapat J.A.
Scholte(2002:15-17) yang menyimpulkan bahwa setidaknya ada lima kategori
pengertianglobalisasi yang umum ditemukan dalam literatur. Kelima kategori
definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadang kala saling
tumpang-tindih, namun masing-masing mengandung unsur yang khas.
1. Globalisasi sebagai
internasionalisasi
Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar sebuah kata
sifat(adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai
negara.la menggambarkan pertumbuhan dalam pertukaran dan
interdependensiinternasional. Semakin besar volume perdagangan dan investasi
modal, maka ekonomi antar-negara semakin terintegrasi menuju ekonomi global di
mana`ekonomi nasional yang distingtif dilesap dan diartikulasikan kembali ke
dalamsuatu sistem melalui proses dan kesepakatan internasional.
2. Globalisasi sebagai liberalisasi
Dalam pengertian ini, “globalisasi” merujuk pada sebuah proses penghapusan hambatan-hambatan
yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar Negara untuk menciptakan
sebuah ekonomi dunia yang terbuka dan tanpa-batas. Mereka yang berpendapat
pentingnya menghapus hambatan-hambatan perdagangan dankontrol modal biasanya
berlindung di balik mantelglobalisasi.
3. Globalisasi sebagai universalisasi
Dalam konsep ini, kata global digunakan dengan pemahaman bahwa proses
mendunia dan globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai objek dan
pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik
darikonsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.
4. Globalisasi sebagai westernisasi
atau modernisasi (lebih dalam bentukyang Americanised)
Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di
manastruktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme,
industrialisme,birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang
dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta
merampas hak self-determination rakyat setempat.
5. Globalisasi sebagai penghapusan
batas-batas teritorial (atau sebagai persebaransupra-teritorialitas).
Globalisasi mendorong rekonfigurasi geografis, sehingga ruang-sosial tidak
lagisemata dipetakan dengan kawasan teritorial, jarak teritorial, dan
batas-batasteritorial. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai
sebuah proses(atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi
dalam spatialorganisation dari hubungan sosial dan transaksi-ditinjau dari segi
ekstensitas,intensitas, kecepatan dan dampaknya yang memutar mobilitas
antar-benua atauantar-regional serta jaringan aktivitas. Globalisasi bisa
dianggap sebagai penyebaran dan intensifikasi dari hubunganekonomi, sosial, dan
kultural yang menembus sekat-sekat geografis ruang danwaktu. Dengan demikian,
globalisasi hampir melingkupi semua hal yangberkaitan dengan ekonomi, politik,
kemajuan teknologi, informasi, komunikasi,transportasi, dll.
2.2 Perkembangan
Globalisasi dan Dampaknya bagi Pendidikan di Indonesia
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan
teknologiberkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi
duniapendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga
pendidik dari manca negara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global
maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan,
baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikanagar
lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya
bagimasyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Ketidaksiapan bangsa kita dalam
mencetak SDM yang berkualitas danbermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan
berkiprah dalam kancahglobalisasi, menimbulkan dampak negatif yang tidak
sedikit jumlahnya bagimasyarakat. Paling tidak, ada tiga dampak negatif yang
akan terjadi dalam dunia pendidikan kita.
1.
Dunia
pendidikan akan menjadi objek komoditas dankomersil seiring dengan kuatnya
hembusan paham neoliberalisme yang melanda dunia. Paradigma dalam dunia
komersial adalah usaha mencari pasar baru dan memperluas bentuk-bentuk usaha
secara terus-menerus. Globalisasi mampu memaksa liberalisasi berbagai sektor
yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yang baru. Tidak heran
apabila sekolah orang tua murid dengan sejumlah anggaran berlabel uang komite
atau uang sumbangan pengembangan institusi meskipun pemerintah sudah
menyediakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
2.
Mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi
dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemenkan, UU Sisidiknas, dan PP
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah
membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi
desentralistis.
3.
Globalisasi
akan mendorong delokasi dan perubahan teknologi danorientasi pendidikan.
Pemanfaatan teknologi baru, seperti computer dan internet,telah membawa
perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan yangtradisional.
Pemanfaatan multimedia yang portable dan menarik sudah menjadi pemandangan
yang biasa dalam praktik pembelajaran di dunia persekolahan kita. Di sinilah
bahwa pendidikan menjadi agenda prioritas kebangsaan yang tidak bisa
ditunda-tunda lagi untuk diperbaiki seoptimal mungkin.
2.3 Pendidika di Indonesia saat ini
Dengan
berdampak dari globalisasi, pendidikan saat ini sangat mempengaruhi.
1.
Keadaan
buruk pendidikan di Indonesia
Paradigma Pendidikan Nasional yang
Sekular-Materialistik Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di
Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini
dapat terlihat antara lain padaUU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang
jalur, jenjang, dan jenispendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi
: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
advokasi, kagamaan,dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi
pendidikan, yaitupendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan
dikotomis semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang sholeh yang
berkepribadian sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui
penguasaan sains dan teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan
tampak pada pendidikan agama melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren
yang dikelola oleh Departemen Agama; sementara pendidikan umum melalui sekolah
dasar,sekolah menengah, kejurusan serta perguruan tinggi umum dikelola oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa
pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas dan dipandang
sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang
merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap
secara serius. Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat
minimal, bukan menjadi landasan seluruh aspek. Pendidikan yang
sekular-materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang menguasai
sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi,
pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan
penguasaan ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang ‘buta agama’ dan
rapuh kepribadiannya. Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan
agama memang menguasai ilmu agama dan kepribadiannya punbagus, tetapi buta dari
segi sains dan teknologi. Sehingga, sektor-sektor moderndiisi orang-orang awam.
Sedangkan yang mengerti agama membuat
dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modern.
2. Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang
sering terlontar di kalangan masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya
biaya untuk mengenyampendidikan yang bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari
Taman Kanak-Kanak(TK) sampai Perguruan Tinggi membuat masyarakat miskin
memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen BerbasisSekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai upaya untuk
melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ MBS
selaludisyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses
atasmodal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala
pungutan disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah.
Namundalam penggunaan dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah
orang-orang dekat kepada sekolah. Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya
RUU tentang Badan HukumPendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari
milik publik kebentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan
politis amat besar. Dengan perubahan status itu pemerintah secara mudah dapat
melempartanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum
yang sosoknya tidak jelas. Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara
dalam sektor pelayananpublik tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk
memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen
dari APBN setiaptahunnya merupakan faktor pendorong privatisasi pendidikan.
Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan menjadi
korban. Dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi
komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan
pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinyasekolah memiliki otonomi untuk
menentukan sendiri biaya penyelenggaraanpendidikan. Sekolah tentu saja akan
mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu.
Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan
berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan
status sosial, antara kaya dan miskin. Pendidikan berkualitas memang tidak
mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?.
Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya memperoleh pendidikan
dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Akan
tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung jawab. Padahal
keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk ‘cuci
tangan’.
2.4 Penyesuaian Pendidikan di Era Globalisasi
Dalam menghadapi era globalisasi, kita tidak hanya
membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang pendidikan formal yang
baik, tetapi juga diperlukan sumberdaya manusia yang mempunyai latar belakang
pendidikan non formal. Dari tulisan di atas, kita bisa menyimpulkan:
1. bahwa dalam berbagaitakaran dan
ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi globalisasi. Belum siap
tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global tersebut.
Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki
potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya
pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu
menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh.
2. Duniapendidikan kita menghadapi
banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian diatas, kita optimis bahwa
masih ada peluang.
3. Alternatif yang ditawarkan di sini
adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak dengan penekanan pada
pendidikan informal sebagai bagian daripendidikan formal anak di sekolah.
Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak akan membuatkita lebih hati-hati untuk tidak mudah
melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan
sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah
dan harus lintas sektoral. Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang
menyadari urgensi peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang
lebih luas untuk membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran
kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas
gelombang globalisasi ini.
Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning, repositioning
strategy dan leadership. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak
daritransformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan
yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk
mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkitkembali
menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam era
globalisai.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi
duniapendidikan Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan
tenagapendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar
global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu
pendidikan,baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen
pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses
seluas-luasnya bagimasyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Paling tidak, ada
tiga dampak globalisasi yang akan terjadi dalam dunia pendidikan. Pertama,
dunia pendidikan akan menjadi objek komoditas dankomersil seiring dengan
kuatnya hembusan paham neoliberalisme yang melanda dunia. Kedua, mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Ketiga,globalisasi akan
mendorong delokasi dan perubahan teknologi dan orientasipendidikan. Diakui atau
tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan yang sekular-materialstik. Hal ini dapat terlihat antara lain padaUU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenispendidikan
bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi : Jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, kagamaan, dan khusus
dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi pendidikan, yaitu pendidikan agama
dan pendidikan umum. Cara penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi
sekarang ini adalah visioning, repositioning strategy, dan leadership. Tanpa
itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang terus
berputar-putar. Denganvisi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen
semua pihak sertakepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan
tidak mungkinIndonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih
bermartabat danjaya sebagai pemenang dalam globalisasi
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pemerintah untuk lebih
meningkatkan mutu SDM yang berkualitas dan bermoral agar dapat lebih siap untuk
menerima dampak positif maupun dampak negatif dari adanya globalisasi.
Peningkatan mutu SDM bisa ditingkatkan melalui program pendidikan gratis bagi
masyarakat yang kurang mampu. Hendaknya pemerintah juga lebih memperhatikan
tentang dampak globalisasi,karena dampak globalisasi tidak hanya merugikan
warga negaranya, akan tetapi hal itu juga dapat berimbas pada pemerintah
sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Rachman
& Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan:
suatupendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung
Seto,2006JANUAR S. Indra. Globalisasi Pendidikan.
http://zag.7p.com/globalisasi_pendidikan.htm akses tanggal
28 Oktober 2009
http://edukasi.kompas.com akses tanggal 3
November 2009OCTAVIANUS, Petrus.
http//www.atarombapunyablog.blogspot.com/demokrasi-pendidikan
Hamdan
Mansoer, 2003.demokrasi pendidikan.
Jakarta.Depdiknas
GLOBAL MARKET : http://www.globaltestmarket.com/c.php?confirmation_code=a4592ab3bc6cda0c7&XP_utm_campaign=planetid&XP_utm_term=Coreg\
frontdesk@globaltestmarket.com
GLOBAL MARKET : http://www.globaltestmarket.com/c.php?confirmation_code=a4592ab3bc6cda0c7&XP_utm_campaign=planetid&XP_utm_term=Coreg\
frontdesk@globaltestmarket.com
Komentar